Alan Cahya
(12/334259/KT/07358)
PERBANDINGAN
3 MODEL ARSITEKTUR POHON DAN KEGUNAANNYA
PADA
EKOSISTEM HUTAN
ATTIM
Bentuk model
Attim mirip dengan Model Rauh, tetapi perbadaan keduanya terletak pada
cabang-cabang yang tumbuh terus-menerus dan batang pokoknya mempunyai
pertumbuhan yang terus-menerus juga.
Gambar 1. Arsitektur
pohon model Attim
Selain itu ciri-ciri model attim antara
lain memiliki batang monopodial, morfogenetik batangnya ekivalen, arah
percabangannya orthotropik, memiliki banyak cabang sehingga cocok digunakan
untuk tempat perkembangbiakan satwa, letak bunga selalu lateral, dan duduk daun
spiralis
Model ini
jarang dijumpai, karena pertumbuhannya kontinyu dan intoleran terhadap
lingkungan. Ini berkebalikan dengan model pohon yang memiliki pertumbuhan
ritmik lebih toleran terhadap lingkungan. Sebagian besar Model Attim
direpresentasikan oleh tumbuhan mangrove seperti bakau (Rhizophora spp.).
Contoh lainnya yaitu Ampupu(Eucalyptus globulus), Cemara (Casuarina
equisetifolia), Manggis-mangggisan(Garcinia gnetoides), dan
Bogem/Pidada (Sonneratia caseolaris). Sebuah penelitian
berjudul Diversitas dan Model Arsitektur Pohon di Hulu DAS Tondano
Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara menyebutkan 3 jenis yang
termasuk Model Attim, yaitu Kayu wasian (Elmerellia celebica), Kayu
linggua (Pterocarpus indicus), dan Kayu nantu (Palaqium
obtusifolium).
Model
Attim memiliki beberapa fungsi pada ekosistem hutan, salah satunya menurut hasil
penelitian Rossana (2005) dan Asmoro (2012) yang menyatakan bahwa tipe
arsitektur pohon Attim lebih disukai oleh burung. Tipe arsitektur ini menurut
Hale et al. (1978) memiliki percabangan yang menerus (kontinyu) dengan
cabang yang monopodial dan ortotropik, menyerupai bentuk percabangan vertical
menurut Stevens et al. (1994). Keberadaan bunga sendiri adalah
faktor yang sangat menarik burung karena bisa menyediakan nektar dan serangga.
SCARRONE
Model arsitektur pohon Scarrone dibedakan dengan model arsitektur yang
lain dikarenakan memiliki ciri khusus yaitu berupa meristem terminal yang
tumbuh ortotropik secara ritmik, batang monopodial, pertumbuhan batang yang
tidak terbatas (unlimited) pembentukan cabang
tidak simpodial yang merupakan dampak dari letak bunga yang terminalis
(Wiyono,2009).Beberapa jenis pohon yang termasuk ke dalam model ini diantaranya
Mangga (Magifera indica), Pandan (Pandanus pulcher), Jambu mete (Anacardium occidentale), Kedondong (Spondias pinnata), Johar (Cassia siamea), Langar (Peltophorum pterocarpum), Waru (Hibiscus tiliaceus), Pongang (Schefflera sp), Huru lunglum (Litsea noronhae), Rasamala (Altingia excelsa) dan masih banyak lagi.
Gambar 1.
Sketsa model arsitektur Scarrone
Sumber gambar : Tropical Trees and
Forest,1978
Model Scarrone memiliki
banyak fungsi terutama pada ekosistem hutan. Salah satu fungsinya yaitu dapat
menjadi tempat beraktivitas dari Owa Jawa. Hasil
yang didapatkan menurut Putri (2009) bahwa model arsitektur Scarrone paling banyak disukai oleh Owa Jawa
betina dewasa untuk bersuara. Aktivitas bersuara yang dimaksud yakni Female Song Bout (FSB), Harassing Call Bout(HCB),
dan Border Call Bout (BCCB).
Aktivitas bersuara tersebut paling lama dilakukan pada posisi AI dan AII.
Aktivitas bersuara Owa Jawa paling dominan dilakukan oleh Owa Jawa dikarenakan
aktivitas tersebut berfungsi secara sosial untuk mengkomunikasikan hal-hal
tertentu di dalam populasinya. Model Scarrone merupakan
model yang cocok dan nyaman bagi Owa Jawa untuk aktivitas suara, hal ini
dibuktikan oleh Putri (2009) bahwa hampir sekitar 44,6 menit Owa Jawa
menghabiskan waktunya untuk aktivitas bersuara. Anak Owa Jawa jantan, remaja
Owa Jawa betina,dan Owa Jawa dewasa jantan juga menyukai model Scarrone untuk melakukan aktivitas makan,
setelah model Attims (Surono,2012).
MASSART
Arsitektur
pohon medel Massart dibentuk oleh sebuah batang monopodial dan orthotropik
dengan pertumbuhan ritmik dan secara berurutan menghasilkan percabangan
bertingkat secara teratur yang berasal dari pertumbuhan meristem batang. Cabang
– cabang lateral bersifat plagiotropik dan sering menampakkan bentuk simetris. Perbungaan
akan muncul dari cabang lateral tersebut dan dari batang utama (cauliflory). Nama
model ini diberikan oleh Jean Massart yang telah mendeskripsikan arsitekturnya
pada spesimen Virola surinamensis di
Botanical Garden, Rio de Janeiro (Massart, 1923 dalam Halle et al. 1978).
Gambar
3. Model Massart
Contoh
dari model ini pada Ceiba petandra, Dipterocarpus costulatus, Shorea ovalis. Salah satu fungsi
dari model ini adalah dapat mengurangi aliran
batang, curahan tajuk, aliran permukaan dan erosi di hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Aththorick, T.
Alief. 2000. Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massart dan Rauh Terhadap
Aliran Batang, Curahan Tajuk, Aliran Permukaan, dan Erosi Di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi. IPB. Bogor.
Halle, F., R.A.A.
Oldeman., and P.B. Tomlinson.1978.Tropical Trees and Forests : An
Architectural Analysis. Springer-Verlag.Berlin Heidelberg, New York.
P. Prusinkiewicz, W.
Remphrey: Characterization of architectural tree models using
L−systems and Petri nets. In M. Labrecque
(Ed.): L'arbre − The Tree 2000: Papers presented at the 4th International
Symposium on the Tree, pp. 177−186.
Syafitri. 2007. Arsitektur Pohon-Pohon Pelingung yang Terdapat di Kota
Padang.Universitas Andalas. Padang.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.