Sabtu, 18 Maret 2017

Tugas MK. Arsitektur Pohon 2017 : Attim, Scarrone, dan Massart

Alan Cahya (12/334259/KT/07358)

PERBANDINGAN 3 MODEL ARSITEKTUR POHON DAN KEGUNAANNYA
PADA EKOSISTEM HUTAN

ATTIM
Bentuk model Attim mirip dengan Model Rauh, tetapi perbadaan keduanya terletak pada cabang-cabang yang tumbuh terus-menerus dan batang pokoknya mempunyai pertumbuhan yang terus-menerus juga.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD_sERT-NoOAbjlkEOz7SHxjCyv9sUfxypr95QKXPJwfGssezesUamoUVQmZaM2iiVL9OgHzIqMfln9sRhvjb3iZZXZhEk980nqCkoeYdnXuXwsMS0FhDkaX7yfwQwtW_ggzsDJsZ6lHnH/s320/5.png
Gambar 1.  Arsitektur pohon model Attim

Selain itu ciri-ciri model attim antara lain memiliki batang monopodial, morfogenetik batangnya ekivalen, arah percabangannya orthotropik, memiliki banyak cabang sehingga cocok digunakan untuk tempat perkembangbiakan satwa, letak bunga selalu lateral, dan duduk daun spiralis
Model ini jarang dijumpai, karena pertumbuhannya kontinyu dan intoleran terhadap lingkungan. Ini berkebalikan dengan model pohon yang memiliki pertumbuhan ritmik lebih toleran terhadap lingkungan. Sebagian besar Model Attim direpresentasikan oleh tumbuhan mangrove seperti bakau (Rhizophora spp.). Contoh lainnya yaitu Ampupu(Eucalyptus globulus), Cemara (Casuarina equisetifolia), Manggis-mangggisan(Garcinia gnetoides), dan Bogem/Pidada (Sonneratia caseolaris). Sebuah penelitian berjudul Diversitas dan Model Arsitektur Pohon di Hulu DAS Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara menyebutkan 3 jenis yang termasuk Model Attim, yaitu Kayu wasian (Elmerellia celebica), Kayu linggua (Pterocarpus indicus), dan Kayu nantu (Palaqium obtusifolium).
Model Attim memiliki beberapa fungsi pada ekosistem hutan, salah satunya menurut hasil penelitian Rossana (2005) dan Asmoro (2012) yang menyatakan bahwa tipe arsitektur pohon Attim lebih disukai oleh burung. Tipe arsitektur ini menurut Hale et al. (1978) memiliki percabangan yang menerus (kontinyu) dengan cabang yang monopodial dan ortotropik, menyerupai bentuk percabangan vertical menurut Stevens et al. (1994). Keberadaan bunga sendiri adalah faktor yang sangat menarik burung karena bisa menyediakan nektar dan serangga.

SCARRONE
Model arsitektur pohon Scarrone dibedakan dengan model arsitektur yang lain dikarenakan memiliki ciri khusus yaitu berupa meristem terminal yang tumbuh ortotropik secara ritmik, batang monopodial, pertumbuhan batang yang tidak terbatas (unlimited) pembentukan cabang tidak simpodial yang merupakan dampak dari letak bunga yang terminalis (Wiyono,2009).Beberapa jenis pohon yang termasuk ke dalam model ini diantaranya Mangga (Magifera indica), Pandan (Pandanus pulcher), Jambu mete (Anacardium occidentale), Kedondong (Spondias pinnata), Johar (Cassia siamea), Langar (Peltophorum pterocarpum), Waru (Hibiscus tiliaceus), Pongang (Schefflera sp), Huru lunglum (Litsea noronhae), Rasamala (Altingia excelsa) dan masih banyak lagi.

Scarrone
Gambar 1. Sketsa model arsitektur Scarrone
Sumber gambar : Tropical Trees and Forest,1978

Model Scarrone memiliki banyak fungsi terutama pada ekosistem hutan. Salah satu fungsinya yaitu dapat menjadi tempat beraktivitas dari Owa Jawa. Hasil yang didapatkan menurut Putri (2009) bahwa model arsitektur Scarrone paling banyak disukai oleh Owa Jawa betina dewasa untuk bersuara. Aktivitas bersuara yang dimaksud yakni Female Song Bout (FSB), Harassing Call Bout(HCB), dan Border Call Bout (BCCB).  Aktivitas bersuara tersebut paling lama dilakukan pada posisi AI dan AII. Aktivitas bersuara Owa Jawa paling dominan dilakukan oleh Owa Jawa dikarenakan aktivitas tersebut berfungsi secara sosial untuk mengkomunikasikan hal-hal tertentu di dalam populasinya. Model Scarrone merupakan model yang cocok dan nyaman bagi Owa Jawa untuk aktivitas suara, hal ini dibuktikan oleh Putri (2009) bahwa hampir sekitar 44,6 menit Owa Jawa menghabiskan waktunya untuk aktivitas bersuara. Anak Owa Jawa jantan, remaja Owa Jawa betina,dan Owa Jawa dewasa jantan juga menyukai model Scarrone untuk melakukan aktivitas makan, setelah model Attims (Surono,2012).

MASSART
Arsitektur pohon medel Massart dibentuk oleh sebuah batang monopodial dan orthotropik dengan pertumbuhan ritmik dan secara berurutan menghasilkan percabangan bertingkat secara teratur yang berasal dari pertumbuhan meristem batang. Cabang – cabang lateral bersifat plagiotropik dan sering menampakkan bentuk simetris. Perbungaan akan muncul dari cabang lateral tersebut dan dari batang utama (cauliflory). Nama model ini diberikan oleh Jean Massart yang telah mendeskripsikan arsitekturnya pada spesimen Virola surinamensis di Botanical Garden, Rio de Janeiro (Massart, 1923 dalam Halle et al. 1978).

Gambar 3. Model Massart

Contoh dari model ini pada Ceiba petandra, Dipterocarpus costulatus, Shorea ovalis. Salah satu fungsi dari model ini adalah dapat mengurangi aliran batang, curahan tajuk, aliran permukaan dan erosi di hutan.

DAFTAR PUSTAKA
Aththorick, T. Alief. 2000. Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massart dan Rauh Terhadap Aliran Batang, Curahan Tajuk, Aliran Permukaan, dan Erosi Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. IPB. Bogor.
Halle, F., R.A.A. Oldeman., and P.B. Tomlinson.1978.Tropical Trees and Forests : An Architectural Analysis. Springer-Verlag.Berlin Heidelberg, New York.
P. Prusinkiewicz, W. Remphrey: Characterization of architectural tree models using L−systems and Petri nets. In M. Labrecque (Ed.): L'arbre − The Tree 2000: Papers presented at the 4th International Symposium on the Tree, pp. 177−186.
Syafitri. 2007. Arsitektur Pohon-Pohon Pelingung yang Terdapat di Kota Padang.Universitas Andalas. Padang.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.