Tugas Fitogeografi Pohon Flora Hutan
Pantai & Hutan Mangrove
Dosen : Atus Syahbudin
Pertemuan IX, 12 November 2015
1. Flora Hutan
Pantai
a. Formasi Pes-caprae
Formasi ini
terutama terbentuk oleh tetumbuhan menjalar yang tumbuh rapat atau renggang
menutupi pasir pantai di atas garis pasang tertinggi. Formasi
pes-caprae terbentuk pada pantai yang bertumbuh di mana pasir
diendapkan. Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencengkeram ke
dalam pasir, membantu memantapkan ekosistem yang cenderung tidak stabil ini.
Jalinan ranting dan dedaunan di atas pasir memerangkap sampah-sampah yang
dilemparkan ombak, termasuk berbagai buah dan bijian yang diangkut air,
sehingga meningkatkan kandungan hara dan memungkinkan terjadinya suksesi
vegetasi. Jenis
tumbuhan yang juga sering dijumpai, di
antaranya :
Ø Ipomoea pes-caprae
Katang-katang
(Ipomoea pes-caprae)
adalah sejenis tumbuhan menjalar yang kerap didapati di pantai
berpasir. Sebagai tumbuhan obat ia dikenal sebagai tapak kuda. Nama ilmiahnya mengacu pada bentuk helaian daunnya
yang menyerupai teracak kambing (pes, kaki; caprae, kambing). Tapak kuda
adalah sejenis terna
yang dimasukkan dalam familia Convolvulaceae yang berbatang basah dengan
panjang mencapai 30 m,
merambat/merayap di atas tanah dengan warna batang hijau-kecoklatan dan berakar pada
tiap-tiap ruas; batangnya mengeluarkan getah putih. Kadang-kadang, liana
(terna membelit) ini membelit. Daunnya tunggal, letaknya tersebar, bertangkai dengan panjang
2–3 cm, bergetah warna putih dan keluar apabila dipatahkan. Daun sering
meruncing ke satu sisi, bervariasi, membundar telur, menjorong, membundar,
mengginjal. Helaian daunnya bulat memanjang, tebal, permukaan licin mengkilap,
tidak berambut, ujung dan pangkal terbagi, warnanya hijau, dan tepinya rata. Perbungaannya
majemuk, bisa terdiri atas satu bunga saja ataupun lebih. Bunganya berbentuk
corong, warnanya ungu. Tangkai bunga panjangnya 3–16 cm. Daun kelopaknya
tidaklah sama, agak menjangat, mahkota mencorong, ungu sampai ungu kemerahan. Buahnya tergolong buah
memecah (dehiscent) berbentuk kapsul bundar hingga agak datar dengan
empat biji berwarna hitam dan dan berambut rapat, terang, dan berwarna coklat.
Ukuran buah
12–17 mm dan bijinya
6–10 mm.
Ø Spinifex
littoreus
Spesies ini memiliki batang keras, kuat, kaku, kokoh,
tinggi, berbuku-buku dan silindris. Daunnya berbentuk linearis, panjang,
sempit, tajam dan ujungnya meruncing. Tunbuhan ini memiliki akar serabut, hidup
berumpun, bertunas menjalar dan membentuk anyam-anyaman. Tunbuhan ini juga
memiliki bulir-bulir yang majemuk dan menyerupai bonggol seperti bola. Nama
daerah dari tanaman ini adalah rumput pantai atau rumput lari-lari,
rumput angin, tikusan, jukut jonggrang.
Ø Crotalaria
retusa L.
Spesies ini umumnya berupa terna, jarang berupa perdu
atau pohon. Batang pendek dan bercabang-cabang menyerupai payung. Bunga
berbentuk kupu-kupu (papilio). Memiliki buah yang berbentuk
polong-polongan sebagai alat perkembangbiakan. Pemencaran secara hidrokori
dan zookori. Sering disebut juga orok-orok.
Ø Calotropis
gigantea
Spesies ini disebut juga bunga banci atau widuri,
tetapi asal katanya berasal dari bahasa Yunani yaitu kalor yang berarti
indah dan tropis yang berarti baji. Secara umum memiliki arti tumbuhan
yang bunganya terdapat bentuk seperti baji yang indah, yaitu kelima pangkal
daun mahkota tambahan. Buah yang dimiliki agak besar, berwarna hijau, berbentuk
bulat telur memanjang. Baji tersimpan dalam buah, ujungnya terdapat umbai atau
jambul halus seperti benang sutra sebagai alat perkembangbiakan. Mekanisme
pemencaran dengan cara parasut atau anemokori.
b. Formasi Barringtonia
Di sebelah belakang formasi Pes-caprae biasa ditemukan formasi semak belukar dan pepohonan yang dinamai formasi Barringtonia. Formasi ini mendapatkan namanya dari pohon butun (Barringtonia asiatica) yang khas, meski terkadang tidak dijumpai, di tipe vegetasi ini. Pada pantai-pantai yang tererosi oleh abrasi, formasi Barringtonia sering berhadapan langsung dengan garis pasang. Dalam keadaan demikian, pada baris terluar acap didapati pohon-pohon yang miring atau yang dahan-dahannya menjuntai di atas laut, dengan dahan terbawah rusak oleh gempuran ombak. Di sisi belakang, formasi ini umumnya menyatu, dan sukar dibedakan dari hutan dataran rendah, atau perlahan-lahan beralih menjadi hutan payau atau hutan bakau tanpa garis demarkasi yang jelas. Jenis tumbuhan menjalar lain yang juga sering dijumpai, di antaranya :
Ø Terminalia catappa
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Pohon besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 m. Daun-daun tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, 8–25(–38) x 5–14(–19) cm, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa kulit, licin di atas, berambut halus di sisi bawah; kemerahan jika akan rontok. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning[3]. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putih[4] atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah batu bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, 2,5–7 x 4–5,5 cm, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.
Ø Hernandia nymphaeifolia
Kampis cina atau bengkak (Hernandia nymphaeifolia) adalah sejenis pohon dari hutan pantai, anggota suku Hernandiaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Lantern Tree, mengacu kepada bentuk buahnya yang seperti lentera cina (tanglung atau lampion). Pohon, dengan tinggi hingga 20 m dan gemang batang hingga 60 cm. Daun tersebar, tunggal, bertangkai panjang, tanpa daun penumpu. Helaian daun bentuk perisai (peltata), bundar telur, 12-33 × 9–28 cm, bertepi rata, berujung runcing, gundul, seperti kulit. Bunga-bunga berkelamin satu, berumah satu, berkumpul dalam malai rata (cymose corymb) yang bertangkai panjang, 20–30 cm, dan berambut. Ujung tangkai dengan pembalut berdaun-4, melindungi 3 kuntum bunga, yang tengah betina dengan tangkai sangat pendek, diapit 2 bunga jantan yang bertangkai. Daun tenda bunga memanjang, 7-8 mm, tumpul, putih; kebanyakan berjumlah 6 pada bunga jantan, dan 8 helai pada bunga betina. Buah kering, berbiji tunggal, dengan pembungkus buah yang melembung, bulat memanjang lk. 4 cm, pada ujungnya membuka.
Ø Hibiscus tiliaceus
Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut, dan dadap laut (Pontianak) telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek. Namun, aslinya tumbuhan ini diperbanyak dengan biji. Memakai stek untuk perkembanganbiakan waru agak sulit, karena tunas akan mudah sekali terpotong. Pohon kecil, tinggi 5–15 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang. Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting. Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separohnya berlekatan. Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, 5–7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup. Bijinya kecil, dan berwarna coklat muda. Akar waru berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.
Ø Sterculia foetida
Kepuh atau kelumpang (Sterculia foetida) adalah sejenis pohon kerabat jauh kapuk randu. Tinggi dengan batang besar menjulang, pohon ini kerap didapati di hutan-hutan pantai. Pohon besar yang menggugurkan daun, berumah-dua, tumbuh hingga setinggi 40 m dan gemang batang 3 m. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5–23 cm, berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing, panjang 10–17 cm. Bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting, panjang 10–15 cm, hijau atau ungu pudar; dengan kelopak yang berbagi-5 laksana mahkota, taju hingga 1,3 cm, berwarna jingga. Buah bumbung besar, lonjong gemuk, 7,6–9 x 5 cm; berkulit tebal, merah terang, akhirnya mengayu; berkumpul dalam karangan berbentuk bintang. Biji 10-15 butir per buah, kehitaman, melekat dengan aril berwarna kuning, 1,5–1,8 cm panjangnya.
Ø Pongamia pinnata
Malapari atau mempari (Pongamia pinnata) adalah sejenis pohon penghuni pantai, anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pohon berukuran sedang, tinggi hingga 25 m dan gemang batang hingga garis-tengah 25 cm. Pepagan halus hingga memecah dangkal, kelabu hingga cokelat-jambon; pepagan bagian dalam kecokelatan hingga kuning, keras berbau seperti kacang. Tajuknya padat, hijau mengilap. Kayunya berwarna putih. Daun-daun majemuk menyirip gasal beranak daun 5, panjang 15-30 cm, gundul. Helai anak daun tipis seperti kertas, jorong lebar hingga bundar telur, 8 × 5 cm, dengan lk. 6 pasang tulang daun sekunder; helaian dengan ujung penetes yang pendek, tumpul atau membundar; pangkal helaian membundar. Perbungaan dalam tandan di ketiak, panjang hingga 20 cm. Kuntum bunga sepanjang lk. 1 cm; dengan kelopak bentuk mangkuk, merah-jambu hingga merah kusam; mahkota bunga merah-jambu atau putih. Polongan lonjong dengan ujung melengkung, lk. 4-7 cm, gundul, mengayu, cokelat pucat, tidak memecah; berisi sebutir biji.
2.
Flora
Hutan Mangrove
a.
Api-api
Ciri-ciri
:
Ø Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau.
Ø Memiliki akar napas serupa paku yang panjang dan
rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya.
Ø Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dengan kelenjar
garam di permukaan bawahnya.
Ø Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih
melekat di rantingnya.
Ø Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m.
Ø dengan tajuk yang agak renggang.
Ø Pepagan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu
kecoklatan dan retak-retak.
Ø Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa
sendi-sendi tulang.
Ø Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata,
berujung runcing atau membulat.
Ø helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu
atau keputihan di sisi bawahnya.
Ø Perbungaan dalam karangan bertangkai panjang bentuk payung,
malai atau bulir, terletak di ujung tangkai atau di ketiak daun dekat ujung.
b.
Bakau
Ciri-ciri :
Ø Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan
bercabang-cabang, Tinggi total 4-30 m.
Ø Dengan tinggi akar mencapai 0.5–2 m atau lebih di atas
lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm.
Ø Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul
di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang
menggulung runcing.
Ø Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau
hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7–23 cm.
Ø Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin
pada buku-buku yang menggembung.
Ø Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan
menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4.
Ø Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan
atau kehijauan, melengkung.
Ø Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan,
bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Ø Buah berbentuk telur memanjang sampai mirip buah pir yang
kecil, hijau coklat kotor.
Ø Hipokotil tumbuh
memanjang, silindris, hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.
c.
Tancang
Ciri-ciri :
Ø Pohon,
tinggi 3-30m, pangkal batang terdapat akar papan, akar diatas lumpur membengkok
membentuk lutut (akar lutut).
Ø Daun,
tunggal, berhadapan, helaian tebal, elliptic atau oblongus, ukuran 10-20 cm x
4,5-7,5 cm. stipula menutup kuncup ujung, berwarna kemerahan.
Ø Bunga,
hamper merunduk, tangkai bunga 1-2,5 cm. kemerahan. Kelopak bunga kemerahan.
Kelopak bunga kemerahan, berjumlah 12-15 buah, taju-taju panjang kurang lebih
2cm, mahkota panjang 1-1,5 cm, hijau atau putih, bertaju 2. Stamen 2, bakal
buah beruang 2-4.
Ø Buah
berbentuk lonceng, panjang 2-2,5 cm. biji sudah berkecambah pada waktu buah
masih dipohon.
Ø Tempat
tumbuh : hutan pasang, tepi kolam ikan, selokan, pantai.
Ø Penggunaan
kayu: kayu bakar.
d.
Xylocarpus
Ciri-ciri :
Ø Pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 22 m, dan bergaris
tengah hingga 1 m, terkadang dijumpai pohon berakar banir.
Ø sering dijumpai sistem akar berupa akar napas atau permukaan
akar seperti pita.
Ø Kulit batang bercelah atau bersisik. Daun majemuk menyirip
genap, berseling, bentuk anak daun jorong atau bulat telur sungsang.
Ø Bunga malai tumbuh pada ketiak daun, uniseksual, daun-daun
mahkota berwarna putih-krem.
Ø Buah kapsul, halus berkayu, bergaris tengah hingga 25 cm,
mengandung 6 – 18 biji.
Ø Biji berbentuk persegi empat, panjang hingga 6 cm, berwarna
coklat.
e.
Nyiri
Ciri-ciri :
Ø Memiliki
akar nafas, berbentuk seperti lutut.
Ø Daunnya
majemuk atau menyirip tersusun dalam 4 atau 6 anak daun.
Ø Jenis
lain adalah nyiri batu (xylocarpus granatum) yang berbuah keras dengan diameter
15-20 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar